Pada bulan Ramadhan 2014 lalu, perhatian kita kembali tertuju kepada saudara-saudara kita di Palestina. Di Bulan Suci Ramadhan ini, sementara kita beribadah dgn tenang, saudara-saudara kita di Palestina tak merasakan hal yg sama. Menjelang Ramadhan tahun 2014, santer terdengar kabar rujuknya Hamas dan Fatah. Bagi umat Muslim, ni adlh kabar gembira. Situasi di Palestina memang seharusnya membuat kita menolak berpecah. Bagi kaum penjajah Zionis, tentu saja, berlaku sebaliknya. Ini adlh berita yg sangat buruk bagi mereka. Persatuan Hamas-Fatah akan membuat posisi mereka semakin sulit, karena perlawanan rakyat Palestina akan semakin solid. Serangan ke Gaza belakangan ini, karenanya, dianggap sebagai bentuk ‘kepanikan’ mereka atas persatuan rakyat Palestina.
Kita bisa membayangkan bagaimana kehidupan rakyat Palestina yg sesungguhnya. Gaza diisolasi, dipisahkan dari wilayah yg lainnya, padahal mereka bersaudara. Banyak warga Gaza yg masih memiliki saudara di wilayah lainnya, karena mereka memang satu bangsa. Meski yg sering diserang bertubi-tubi adlh Gaza, bukan berarti di wilayah lain rakyat Palestina hidup tenang. Di seluruh wilayah Palestina, kaum Zionis menindas dan menghinakan mereka. Dalam situasi seperti ini, tentu ada sebentuk ‘kejenuhan’ yg melanda rakyat Palestina secara merata. Mereka bosan dgn intrik-intrik politik, sementara kehidupan mereka dihinakan oleh kaum Zionis. Tidaklah mengherankan jika pd akhirnya mereka ingin kembali bersatu memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
“Kemerdekaan” adlh kata kunci dlm memahami isu Palestina. Itulah yg sedang mereka perjuangkan kini. Status kaum Zionis adlh penjajah, dan tentu saja klasifikasi ni memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Dengan memahami relasi antara penjajah dan yg terjajah, tentu kita tak bisa menyamakan keduanya. Serangan dari pihak penjajah adlh agresi, sedangkan serangan dari pihak yg terjajah tentu tak bisa disalahkan.
Kita dpt bercermin dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Apakah Indonesia merdeka tanpa berperang? Apakah kemerdekaan Indonesia kita peroleh dgn meminta-minta dan negosiasi di ruang rapat saja? Tentu saja tidak! Indonesia melawan penjajah jg dgn senjata, dan perlawanan itu tak selalu defensif. Taktik perang gerilya yg kerap digunakan oleh rakyat Indonesia kerap digunakan secara ofensif. Artinya, taktik itu cukup efektif untk digunakan menyerang kaum penjajah. Dan, tentunya, ‘menyerang’ itu dpt dibenarkan jika ditujukan kepada kaum penjajah. Dengan logika ini, semestinya orang Indonesia dpt dgn mudah memahami posisi rakyat Palestina. Sejak saya kecil hingga dewasa, nampaknya semua orang di Indonesia menerima logika tersebut. Paling tidak, tak ada yg berani menolak.
Tapi belakangan, seiring merebaknya akun anti Islam di dunia maya, muncul pendapat sebaliknya. Ada yg mengatakan bahwa Zionis dan Palestina sama-sama harus menahan diri, bahkan ada yg tak malu-malu membela Zionis. Saya jg menemukan sebuah artikel kontroversial singkat yg beredar kemana-mana. Dalam artikel yg cuma tiga belas poin itu, saya melihat ada dua poin utama yg dibicarakannya. Pertama, bahwa Hamas suka mencari gara-gara dgn menyerang Zionis, dan kemudian mencari simpati dunia setelah diserang balik. Kedua, sang penulis artikel hendak memecah persatuan Fatah dan Hamas.
Bagi saya, artikel singkat tersebut sudah terbukti tak bernilai sejak tweet pertamanya. Sebab, dlm tweet pertamanya, sang pemilik akun mengakui bahwa ia baru meneliti masalah Palestina sejak 2012. Sejarah panjang penjajahan suatu bangsa yg sudah puluhan tahun hendak dibaca dgn sejarah dua tahun yg lalu? Absurd! Jika ia mengamati sejarah dua tahun terakhir dan berkesimpulan ‘Hamas menyerang duluan’, jelas perspektifnya salah. Sebab, jika ia mengamati sejarah lebih panjang dan menyimpulkan bahwa Palestina adlh yg terjajah, maka serangannya adlh valid. Kita tak bisa menyalahkan bangsa yg terjajah jika mereka melakukan penyerangan. Hak mereka harus dikembalikan. Bagaimana dgn para pahlawan kita? Sudikah mereka disalahkan karena telah menyerang penjajah? Bung Tomo? Jendral Sudirman? Pangeran Diponegoro? Sultan Hasanuddin? Salahkah mereka jika ‘menyerang duluan’? Saya rasa tak perlu berpanjang lebar membantah logika absurd semacam ini.
Belakangan ni jg bermunculan kaum ‘analis’ yg bersikap sangat tak simpatik terhadap perjuangan rakyat Palestina. Sebagian diantaranya bahkan telah bersikap kurang ajar dan tak tahu adat. Ada saja, misalnya, yg mengatakan “Buat apa menolong jauh-jauh? Yang dekat saja dulu!” Biasanya, yg bicara begitu tak pernah menolong yg jauh maupun yg dekat. Buktikan sendiri! Pernyataan ni pun saya golongkan ‘tak tahu adat’, sebab ia lupa bahwa rakyat Palestina suka menolong Indonesia. Dalam kondisinya yg sangat memilukan itu, rakyat Palestina pernah menyumbang korban musibah di RI. (Baca: Merasa Satu Tubuh, Rakyat Gaza Bantu Korban Mentawai dan Merapi).
Jika ada orang Indonesia yg tak peduli pd Palestina padahal hidupnya sejahtera disini, itulah manusia tak tahu adat!
Kalau yg begini? Jelas-jelas ni komentar manusia yg tak lagi sensitif hatinya, dan tak tahu malu.
Arogansi kaum Zionis adlh masalah dunia, bukan Palestina semata. Banyak kerusakan yg telah mereka timbulkan, meski bukan dgn senjata. Jaringan media massa yg mereka miliki mampu menipu rakyat dunia dan menutupi pemikiran fasis mereka. Banyak yg belum tahu, misalnya, bahwa arogansi mereka jg memakan korban umat lain di luar Muslim. Lihatlah link video berikut ini: Jewish Settler Hate. Dalam video ini, anda bisa melihat bagaimana kaum Zionis memperlakukan umat Kristen Palestina dgn sangat brutal. Bahkan kepada kaum Yahudi yg berlainan pendapat pun, tindakan mereka demikian kasarnya. Bisa dilihat videonya disini: If Israel Could Do This to a Young American Jew, Imagine What Palestinians Face Every Day.
Saya tak akan berpanjang lebar berdebat tentang perjuangan rakyat Palestina. Masalah ni sudah banyak didiskusikan.
Sekarang ini, sudah banyak orang yg terpanggil untk meluruskan sejarah Palestina, menolak klaim kaum Zionis. Orang Yahudi pun ada. Ini contohnya: Anak Jendral Yahudi Ungkap Kebohongan Israel Miko Peled adlh anak seorang Jenderal yg dianggap berjasa bagi kaum Zionis dlm Perang Enam Hari di tahun 1967. Setelah pensiun dari ketentaraan, sang ayah beralih menjadi aktivis perdamaian, karena tak setuju dgn cara-cara kotor kaum Zionis. Video ni membantah tiga klaim utama yg digunakan oleh kaum Zionis untk merampas tanah rakyat Palestina.
Tokoh-tokoh seperti Noam Chomsky sering menyumbang suara. Ini contoh komentarnya tentang serangan Flotilla yg dilakukan Israel terhadap kapal yg membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza: Noam Chomsky on Israel and the Gaza Flotilla Attack: "Sheer Criminal Aggression, with no Credible Pretext."
Jika seseorang menggunakan logikanya dgn benar dan masih punya hati nurani, tentu akan memahami apa yg sebenarnya terjadi di Palestina. Jika masih ada yg meragukan kekejaman dan fasisme kaum Zionis, silakan melihat sendiri buktinya di video yg satu ini! Gaza war tourism - Keren Levy: I'm a little bit fascist.
Bagi yg ingin meng-update informasi soal Palestina, saya rekomendasikan untk follow dua akun berikut ini:
twitter.com/InfoKNRP dan twitter.com/sahabatalaqsha
Sumber: storify.com/malakmalakmal/
0 Response to "[Pertanyaan] Tentang Palestina"
Post a Comment