This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Review: X The Last Moment (2011)

Narkotika / obat-obat terlarang rasanya bukanlah hal yg tabu lagi. Menurut riset yg gue dapatkan dari suatu badan penyuluhan sewaktu SMU mengatakan bahwa, anak-anak yg berumur 6 tahun pun sudah mengenal namanya benda tersebut. Jika benda tersebut divisualisasikan ke dunia perfilman rasanya juga tak asing lagi ya, bisa dibilang tahun ni saja cukup banyak film-film Indonesia yg membahas ada unsur narkotikanya. Mungkin Prima Media Sinema Production disini mau memberikan sesuatu yg baru di dunia perfilman Indonesia, dgn membawa tema “Penyuluhan Narkotika” di debut filmnya. Hmmm pasti mendengar kata penyuluhan langsung teringat dgn masa-masa sekolah. Dimana pd masa tersebut sudah cukup sering ada penyuluhan tersebut.

Review: X The Last Moment (2011)

Didho, Ikang, Ijul dan Anung adalah keempat sahabt yg begitu erat sewaktu kecil. Hingga pd suatu hari mereka menyelamatkan Angga, anak orang kaya, dari kawanan anak kecil belagak preman yg sedang bermain di perkampungan tempat Didho dan kawan-kawan tinggal. Sejak saat itulah, Angga menjadi dekat dan merasa nyaman berteman dgn mereka semua. Mereka berlima akhirnya menjadi sahabat sampai 13 tahun mendatang mereka bertemu kembali dgn penampilan yg berbeda. Setelah 13 tahun tak berjumpa, akhirnya mereka bertemu di tempat dahulu yg biasanya mereka lakukan secara rutin.

Ternyata 13 tahun tersebut selain penampilan yg berubah, mereka juga mengalami perubahan dari tingkah laku. Akan tetapi uniknya mereka terjebak di satu lingkaran gelap yg bernama Narkotika. Apesnya lagi, ternyata Ikang salah satu sahabat mereka yg menjadi kurir selama ini. Ikang merasa bersalah karena ternyata selama keempat sahabatnya yg menjadi korban dari pengedaran benda tersebut oleh dirinya. Benda tersebut ternyata semakin membuat mereka tergila-gila dan tak ingat kalau akan merenggut nyawa mereka secara perlahan-lahan. Bahkan orang yg mereka sayangi di sekitarnya pun harus ikut siap menerima resiko yg ada.

Review: X The Last Moment (2011)

Mungkin mendengar nama Bambi Martantio rasanya sangatlah asing di telinga kita terutama di dunia perfilman. Di film X The Last Moment ni ternyata bukan debut beliau di dunia perfilman Indonesia. Belai dulu sempat menjadi Love and Eidelweiss sebagai animator dan penata gambar. Di tahun 2011 pun beliau mengambil lagi bagian tersebut di film Misteri Hantu Selular. Nah kalau debut penyutradaraan barulah bisa dibilang X The Last Moment sebagai debut filmnya. Selain duduk di bangku sutradara, dirinya pun ikut ambil serta di bagian skenario, animator dan penata gambar.

Sebagai langkah debut penyutradaraan, Bambi, rasanya mesti banyak melakukan perbaikan disana-sini. Nuansa tone warna yg kalem di awal yg menceritakan masa kanak-kanak rasanya cukup baik dilakukannya. Tapi bukan berarti setelah masa-masa flashback tersebut, pengambilan gambar jadi agak-agak tak fokus. Kesalahan yg cukup amatlah mengganggu adalah ketika adanya hubungan dewasa terasa sekali pemotongan LSF yg amatlah kasar, nah saran aja sih kalau memang harus ada adegan tersebut kayaknya bisa dilakukan bukan dgn adegan fisik yg sampai sefrontal itu deh. Dengan sentuhan, tatapan, buka pakaian saja penonton sudah lebih mengerti nampaknya. Daripada para pemain yg sudah tampil buka-bukaan tapi dicut LSF kan sayang juga tuh.

Review: X The Last Moment (2011)

Selain itu, kalau Bambi mau membuat film seperti penyuluhan lagi, mungkin selanjutnya penyuluhan sex, / bully ya lebih baik jangan terlalu mendikte penonton. Seperti gue katakana di awal, narkotika sekarang bukanlah hal yg tabu lagi loh. Jadi semua orang sudah tahu kerugian-kerugian dari benda tersebut. Sekarang tinggal anda sebagai filmmaker yg melakukan cara dgn visualisasi yg enak ditonton masyarakat umum saja. Agak sayang juga sih, visualisasi otak ketika para pemain sedang kecanduan terlalu datar penggambarannya. Semua terkesan numpang lewat begitu saja.

Dari deretan para pemain, rasanya yg cukup baik memerankan / menghayati peran sebagai pemakai narkoba yaitu Ikang Sulung. Mungkin apa karena fisiknya yg kurus, mata yg layu dan muka yg tirus jadi menurut gue dari semua pemain yg paling dapat adalah dirinya. Mike Lucock disini nampaknya bisa dibilang bermain aman, disamping dia yg bukan sebagai pemakai, penampilan dirinya pun tak terlalu lama disini dibanding lainnya. Keith Foo disini nampaknya tak melakukan perubahan yg signifikan ya, disini malah ekspresi datarnya ketika berbicara masih terlihat jelas. Ridho boer sepertinya yg paling berbeda parasnya dgn muka aslinya. Mungkin disini dia berperan sebagai seorang mahasiswa yg geek banget jadi agak beda aja. Rocky Jeff disini bisa dibilang tak jauh berbeda dgn Keith Foo.

Akhir kata, X The Last Moment adalah debut penyutradaraan Bambi yg cukup gagal penyampaiannya dgn baik. Dengan menonton film ni rasanya tak ada sesuatu yg baru yg ditampilkan. Narkotika, hubungan sex di luar nikah, hamil di luar nikah, mabuk-mabukan, yg ditampilkan sepanjang film ini. Rasanya jika ingin membuat film seperti ni dgn tanpa mengambil tema penyuluhan pun juga bisa diceritakan oleh film-film Indonesia lainnya yg sudah tayang sampai saat ini. Kalau saja mereka mengambil sisi visualnya dgn lebih baik pasti tema penyuluhan narkotika ni jauh lebih nikmat untuk ditonton. Tapi nasi sudah jadi bubur, dan film ni pun terasa hambar dan kabur untuk diambil maksud dari kata penyuluhan narkotika itu sebenarnya. Sekian. :Salam JoXa:

1/5

Trailer:

0 Response to "Review: X The Last Moment (2011)"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *