Cerita Dewasa Ngintip ABG Bermadu Kasih
"Amanda.. atas nama cinta.. atas segala apa yg pernah kita jalani.. jadilah istriku!"Amanda terdiam mendengar permintaanku, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa Nda?"
Amanda terdiam, menghentikan tertawanya, menatapku tegas.
"Cinta tak harus memiliki.. Val.." katanya pelan.
Tapi bagiku ibarat geledek.
"Lantas? apa arti semua ini?" tanyaku sambil bangkit dari tidurku.
Amanda bergerak dari posisi tidurnya, memakai celana dalamnya, dgn santainya ia berdiri, berjalan ke depan cermin dan menyisir rambutnya.
"Sudah jam empat sore Val, aku harus pulang, " katanya sambil mengenakan celana dan bajunya. "Nggak usah ngantar deh.. Amanda pulang sendiri ya.."
Aku masih termangu menatapnya.
"Hai.." Amanda mencium keningku.
"Jangan bengong gitu dong.. jelek akh.. tuh.. pakai bajunya..!"
"Aku antar kamu pulang!" kataku tegas.
Amanda menatapku, bola matanya tajam menatap."Kita harus bicara Nda, aku nggak bisa terus-terusan begini.." ujarku.
"Oke.. oke, kalau kamu nggak bisa, bukan berarti aku harus kau paksa Val, " suaranya meninggi.
"Hai, kenapa kamu emosi sih?" tanyaku sambil memegang pipinya.
Amanda menepis tanganku.
"Aku sayang kamu Val, aku cinta kamu, tapi aku nggak suka cara kamu memaksaku.."
Amanda berlari menghempaskan pintu kamar kostku.
"Nda.. tunggu..!"
Sia-sia teriakanku, tak mungkin aku mengejarnya. Apa kata orang satu kost, ketahuan deh berantemnya. Akh wanita, makhluk yg tak pernah bisa kumengerti.
Amanda menghampiriku dgn wajah berlipat di kantin kampusku.
"Hai Val.." sapanya sambil duduk di sampingku, "Bagi satunya?" Amanda mengambil rokokku yg terletak di meja, aku mengangguk.
"Dari mana Nda?" tanyaku sambil merapikan diktatku di meja.
"Cari Rio.." jawabnya sambil menarik nafas dan menghembuskan asap rokoknya.
"Kelihatannya BT amat sih?" tanyaku, "Ada masalah lagi ya?"
Amanda mempermainkan rokok di tangannya.
"Tau akh.." jawabnya.
Aku jadi malas melanjutkan pertanyaanku, aku sudah kenal Amanda lama sejak masih tingkat satu. Aku hafal sifatnya, kalau ditanya terus bisa pecah perang dunia ketiga deh, bisa-bisa aku yg jadi korban, nanti jg pasti dia cerita sendiri. Lama kami saling membisu, aku pura-pura menyibukkan diri dgn meneruskan catatan kecilku untk bahan skripsi.
"Kapan maju sidang Val?" tanya memecah kebisuan.
"Mudah-mudahan sih bulan depan, kamu?"
"Aku tinggal perbaikan dikit terus bisa maju, semestinya minggu ni jg udah kelar, tapi aku lagi BT. Hai.. Val kamu masih lama di sini?"
"Nggak juga, tadi aku mau pulang. Oh, aku ke kost kamu ya.."
Aku mengangguk, pasti mau "curhat" lagi deh ni anak.
"Val.. Rio ninggalin aku.."
Aku terkejut.
"Val.. kamu dengar enggak sih?"
Aku mengecilkan volume tape-ku dan menghampirinya.
"Kamu serius?"
Amanda mengangguk.
"Kenapa Nda?"
Aku masih dilanda keterkejutan yg dalam.
"Rio menghamilin Santi!"
Amanda memelukku. Aku mengelus rambutnya, sementara pikiranku menerawang jauh."Bajingan!!"
Aku mulai akrab dgn Amanda sejak awal masa ospek kami di kampusku. Terus terang, keakraban itu sempat membuatku menaruh harap padanya.
Semakin hari kami semakin akrab saja, dari mulai belajar bersama, jalan bersama, bahkan sering Amanda tidur di kamarku tentu saja kalau dia tidur aku mengungsi ke kamar sebelah. Semua anak-anak menyangka kami pacaran.
Dan kalau aku bilang omongan anak-anak ke Amanda, Amanda hanya tertawa sampai ngakak. Siapa yg tak ingin jadi pacarnya? Wajah yg menarik, kulit putih bersih, bodi yg menawan, yah semakin lengkap ia menjadi wanita dgn sikapnya yg sangat manja tapi kadangkala sangat tegas.
Perhatiannyapadaku dan kepintarannya membuatku semakin menaruh harapanku. Dan harapanku kandas, ketika suatu saat disaat aku dgn kebeAmandaan yg telah kukumpulkan selama kurang lebih seminggu dan dgn kalimat yg telah tersusun di otakku, aku menghampiri Amanda yg sedang asyik membacabuku di perpustakaan kampus.
"Hai.."
Aku mengacak rambutnya, Amanda menoleh, tersenyum manis.
"Tumben ke perpus, " ujarnya.
"Nda, aku mau bicara."
Aku duduk di sampingnya.
"Bicaralah!" ujarnya sambil menatapku.
"Nggak enak akh disini, kita ke kantin yuk!" ajakku.
Amanda menarik tanganku.
"Yuk, aku jg udah boring nih disini."
Aku menatapnya sambil menghirup juice jeruk pesananku.
"Mau ngomong apa Val..?""Eng.. eng.. gini Nda.."
Sialan kenapa aku jadi gugup, batinku. Lama aku diam, mempermainkan rokok di jariku.
"Kok lama banget sih? ada apa Val.. emang serius banget ya Val?"
Amanda heran melihat kelakuanku.
"Eeh.. kamu ada acara nggak hari ini?" tanyaku mencoba menetralisir suasana.
Amanda mengangguk.
"Acara apa?" tanyaku.
"Rio ngajakku nonton."
"Rio?"
"Iya, kenapa Val?"
"Kamu jadian sama dia?" Amanda mengangguk.
"Kapan?" suaraku melemah. "Baru sih Val, rencananya aku mau ngomong ama kamu.. tapi aku lihat kamu minggu ni sibuk banget, waktu aku samperin kamu-nya malah menghindar."
Oh Amanda tahukah kau, aku menghindar karena aku mulai mencintaimu, tiap berdekatan aku semakin tak bisa memendam keinginanku untk mencintaimu, tapi aku selalu bingung memulainya.
"Ini kencan pertama kami, " Amanda melanjutkan kata-katanya.
"Val.. kamu nggak papa khan?" Amanda terkejut melihat wajahku yg pucat pasi.
"Nggak.. enggak.. selamat deh."
Aku berdiri, berjalan meninggalkan Amanda yg sepertinya menatapku heran.
Every night I pray
When you come back to me
But tears keep falling down my face
When you are not around.
Sejak itu aku mulai menghindar. Amanda sering mensamperiku ke kost dan aku pun selalu berpura-pura menyibukkan diriku dgn perkuliahanku. Aku semakin jauh darinya. Sepertinya Amanda tahu jg mengapa aku menghindar. Suatu ketika dia menghampiriku di kampus. "Val.. maafin aku.." ujarnya sambil mengenggam tanganku. Aku salah tingkah, dan belum sempat aku berbicara, Amanda pergi meninggalkanku, kulihat ia menyeka air mata dgn sapu tangannya.
Sang waktu yg berlalu, aku mulai dpt menahan hasratku pd Amanda. Tiga bulan terakhir ni Amanda mulai sering mampir di kostku. Bercerita tentang hubungannya yg mulai retak sama Rio.Tapi aku tak begitu menanggapinya, takut aku salah melangkah lagi dan menaruh harapan pd kesusahan Amanda, tapi hari ni tangis Amanda membuatku tersadar.
Betapa menderitanya ia. "Rio.. bajingan kau!" umpatku geram. Amanda masih terus menangis, aku berusaha meredakannya. Aku tahu Amanda telah berkorban segalanya untk Rio. Amanda bercerita padaku semua, semuanya, sampai kegadisannya yg hilang. Dengan amarah yg meluap, entah karena iba melihat Amanda / karenasisa cintaku, Rio diopname di rumah sakit karena luka-luka di badannya akibat perkelahian denganku.
Waktu terus berlalu. Perubahan demi perubahan terjadi. Sore itu, Juli 1997, aku mengajak Amanda ke kampungku, menghilangkan stress setelah selesai ujian tengah semester. Perjalanan yg jauh membuat sesampainya di rumah aku langsung tertidur, setelah terlebih dahulu mengenalkan Amanda kepada orang tuaku. Aku tidur di sofa dan Amanda tidur di kamarku.
Tengah malam aku terjaga.Takut terjadi apa-apa dgn Amanda, aku membuka pintu kamarku. Lampunya dimatikan, aku mendengar isak tangis, "Nda.." tak ada jawaban, aku masuk dan menghidupkan lampu. Kulihat Amanda tidur menelungkup dan menyembunyikan wajahnya. Aku menghampirinya duduk di sebelahnya. "Nda.. kenapa?" tanyaku pelan sambil mengelus rambutnya. Tetap tak ada jawaban, tapi kini isak berganti tangis. Aku membalikkan badannya. Amanda menghapus air matanya.
"Val.. maafin Amanda.."
"Maaf? Maaf apa?"
Amanda memelukku.
"Aku baca catatan kamu tentangku.. di buku kamu. Aku nggak bisa tidur, gue iseng baca-baca.. dan gue.. gue merasa bersalah banget sama kamu.."
Amanda memperkuat pelukannya. Aku terdiam, memperhatikan bukuku yg terletak di atas meja kamarku.
"Kamu ambil dari laci ya?"Amanda mengangguk. Di buku itu semua harapanku kepada Amanda tertulis.
"Val, maukan maafin Amanda?"
Aku mengangguk, mencium keningnya.
"Sudah tidur lagi, " aku beranjak keluar. Amanda menarik tanganku.
"Bercintalah denganku Val, miliki diriku, ambillah walaupun hanya sisa.
Aku meletakkan jariku di bibirnya supaya Amanda tak melanjutkan ucapannya yg menyiksa dirinya dan diriku. Diciumnya jariku lembut, dimasukkannya ke mulutnya. Kubelai rambutnya, "Val.." bisiknya di telingaku sambil tangannya melingkar di leherku.
Amanda tak meneruskan kalimatnya, diciumnya bibirku dgn lembut dan semakin lama semakin panas. Amanda melepaskan ciumannya. Berdiri di depanku yg menatapnya dan melepaskan satu persatu pakaiannya. "Tuntaskan penantianmu malam ni Val, nikmati tubuhku." Direbahkannya dirinya yg polos di sampingku.Diambilnya tanganku diletakkan di payudaranya sambil diremasnya. Aku masih terkesima, antara sadar dan tidak. "Kamu begitu baik, Val.." Hanya itu kalimat yg keluar dari mulutnya.
Amanda mencium bibirku, lembut sekali. Dibaringkannya tubuhku di tempat tidur. Lidahnya bermain di belakang telingaku, ke dada, dan mengitari seluruh permukaan perutku. Akh, Amanda mulai mengelus kejantananku yg masih terbalut celanaku.
Dengan giginya, dibukanya celana pendekku, lalu celana dalamku. Kami telah sama-sama polos. Aku masih dlm posisi terlentang. Antara bingung dan gejolak yg luar biasa. Dengan senyum manisnya, Amanda menjulurkan lidahnya ke arah kejantananku.
Dimainkannya ujung lidahnya di pangkal kejantananku. Ah.. indah sekali. Aku tak mampu berkata apa-apa saat mulutnya mengulum kejantananku sambil sesekali diselang-selingdengan mencepitkan buah dadanya. Aku hampir saja tak kuat menahan "lava" di dlm kejantananku.
Tapi di saat aku hampir menyemburkannya, tangannya dgn lembut memijat pangkal kelelakianku itu. Ajaib, "lava" itu tak jadi keluar meski tetap bergejolak. Demikianlah, hal tersebut dilakukannya berulang kali. Hingga dia berkata, "Val aku ingin memberimu hadiah yg tak akan kamu lupakan." Dia lalu duduk di atasku, tepat di atas kejantananku.
Diambilnya kejantananku terus dgn gerakan begitu lembut dimasukkannya ke dlm kewanitaanya. "Ugh.. ah.." erangannya begitu mempesona, dan aku pun memegang pantat bulatnya. Tapi segera dia berkata, "Ssst.. aku akan memberimu kebahagian!" Terus dgn gerakan memompa dan memutar, kurasakan seluruh darah mengalir ke bawah.
Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Sambil berciuman kurasakan dia memompa kewanitaanya. Lalu dicengeramnya tubuhku kuat-kuat. "Aggh.. agh.." seluruh ototnya meregang. Putingnya tegak berdiri dan disorokannya ke mulutku.
Lalu dgn keliaran yg tak kubayangkan sebelumnya, kulumat habis puting itu sambil membalas pompaannya. "Ah.. terus.. Val.. terus.. jangan berhenti!" erangannya semakin membuatku liar. "Lagi.. Val.. lagi.. ni ketiga kalinya.. ayo Val.." dan tanpa dpt kutahan spermaku menyembur. Amanda segera menariknya keluar.
Lalu dijilatinya cairan sperma itu. Kenapa dia tak jijik? Dengan senyum manisnya seakan dpt membaca pikiranku. "Nggak Val aku ingin membuatmu senang.." Amanda rebah di pelukanku.
Kamu tak akan pernah mengerti mengapa aku memilih menghindar. Cintamu membuatku takut menjalaninya. Aku mencintaimu setulus hatiku sejak dulu, sejak kita menjalani masa-masa kebersamaan kita, jauh sebelum aku mengenal Rio. Tapi kupendam perasaanku karena kau tak pernah / tak mau mengerti tentang itu.
Val-ku sayang. Kamu tahu kamu memiliki diriku, tapi hanya sisa yg dpt kuberikan. Itu terus menyiksaku walaupun kau tak pernah mempersalahkan. Ada sesuatu yg aku pun tak mengerti kenapa aku melakukannya.
Kamu tahu Val? Rio dan Santi telah mempunyai anak kan, dan mereka kelihatan bahagia, tapi aku tak bisa menerima kenyataan itu. Aku pergi menghindar darimu karena aku tak bisa membiarkan Santi mempercundangiku.
Kamu tau khan, dia teman baikku dulu? dan begitu tega dia merampas Rio dari sisiku. Cintaku kepada Rio tidaklah sebesar cintaku kepadamu, tapi dendamku pd Santi tak ada yg pernah mengalahkannya.Aku tak akan pernah tenang sebelum mereka hancur.
Sudah sejak 3 minggu yg lalu aku menjalin affair dgn Rio, aku ingin merusak rumah tangga mereka. Val, maafin aku. Aku benci mereka!!
Cerita 17+ / Cerita 18+ / Cerita ABG / Cerita Dewasa / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Cerita Ngentot / Kumpulan Cerita Dewasa
0 Response to "Cerita Dewasa Ngintip Abg Bermadu Kasih - Cerita Sex"
Post a Comment