This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Perbandingan Agama] Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang ADANYA TUHAN

TERKAIT : Artikel Akidah Berikut adlh dalil-dalil tentang adanya wujud Tuhan yg diterangkan oleh Al-Qur'an secara logika, ALLah taala berfirman:
رَبُّÙ†َا الَّØ°ِÙ‰ْۤ اَعْØ·ٰـى ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ Ø®َÙ„ْÙ‚َÙ‡ٗ Ø«ُÙ…َّ Ù‡َدٰÙ‰
Yakni, Tuhan adlh Dia Yang telah menganugerahkan kepada tiap sesuatu penciptaan/kelahiran yg sesuai dgn keadaannya, kemudian menunjukinya jalan untk mencapai kesempurnaannya yg diinginkan (20:50).

Kini jika memperhatikan makna ayat tersebut kita menelaah bentuk ciptaan -- mulai dari manusia hingga binatang-binatang daratan dan lautan serta burung-burung -- maka timbul ingatan akan kekuasaan Ilahi. Yakni, bentuk ciptaan tiap benda tampak sesuai dgn keadaannya. Para pembaca dipersilahkan memikirkannya sendiri, sebab masalah ni sangat luas.

Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang ADANYA TUHAN
image: sulitbelajar.wordpress.com
Dalil kedua mengenai adanya Tuhan ialah, Alquran Suci telah menyatakan Allah Ta’ala sebagai sebab dasar dari segala sebab, sebagaimana Alquran Suci menyatakan:
ÙˆَاَÙ†َّ اِÙ„ٰÙ‰ رَبِّÙƒَ الْÙ…ُÙ†ْتَÙ‡ٰÙ‰ۙ‏

Yakni seluruh rangkaian sebab dan akibat berakhir pd Tuhan engkau (53:42).

Rincian dalil ni ialah, berdasarkan penelaahan cermat akan diketahui bahwa seluruh alam semesta ni terjalin dlm rangkaian sebab dan akibat. Dan oleh karena itu, di dunia ni timbul berbagai macam ilmu. Sebab, karena tiada bagian ciptaan yg terlepas dari tatanan itu. Sebagian merupakan landasan bagi yg lain, dan sebagian lagi merupakan pengembangan-pengembangannya. Adalah jelas bahwa suatu sebab timbul karena zat-Nya sendiri, / berlandaskan pd sebab yg lain. Kemudian sebab yg lain itu pun berlandaskan pd sebab yg lain lagi. Dan demikianlah seterusnya. Tidak benar bahwa di dlm dunia yg terbatas ni rangkaian sebab dan akibat tak mempunyai kesudahan dan tiada berhingga, Maka terpaksa diakui bahwa rangkaian ni pasti berakhir pd suatu sebab terakhir.

Jadi, puncak terakhir semuanya itu ialah Tuhan. Perhatikanlah dgn seksama betapa ayat: “Wa anna ilaa rabbikal-muntahaa” itu dgn kata-katanya yg ringkas telah menjelaskan dalil tersebut di atas, yg artinya, puncak terakhir segala rangkaian ialah Tuhan engkau.

Kemudian satu dalil lagi mengenai adanya Tuhan ialah, sebagaimana firman-Nya:
Ù„َا الشَّÙ…ْسُ ÙŠَÙ†ْۢبَغِÙ‰ْ Ù„َÙ‡َاۤ اَÙ†ْ تُدْرِÙƒَ الْÙ‚َÙ…َرَ ÙˆَÙ„َا الَّÙŠْÙ„ُ سَابِÙ‚ُ النَّÙ‡َارِ‌ؕ ÙˆَÙƒُÙ„ٌّ فِÙ‰ْ فَÙ„َÙƒٍ ÙŠَّسْبَØ­ُÙˆْÙ†َ
Yakni, matahari tak dpt mengejar bulan dan jg malam yg merupakan penampakkan bulan tak dpt mendahului siang yg merupakan penampakkan matahari. Yakni, tak ada satu pun di antara mereka yg keluar dari batas-batas yg ditetapkan bagi mereka (36:41).
Jika di balik semua itu tak ada Wujud Sang Perencana, niscaya segala rangkaian tersebut akan hancur. Dalil ni sangat bermanfaat bagi orang-orang yg gemar menelaah benda-benda langit, sebab benda-benda langit tersebut merupakan bola-bola raksasa yg tiada terhitung banyaknya, sehingga dgn sedikit saja terganggu maka seluruh dunia dpt hancur. Betapa ni merupakan suatu kekuasaan yg hakiki sehingga benda-benda langit itu tak saling bertabrakkan dan kecepatannya tak berubah seujung rambut pun, serta tak aus walau telah sekian lama bekerja dan tak terjadi perubahan sedikit pun. Sekiranya tak ada Sang Penjaga, bagaimana mungkin jalinan kerja yg demikian besar ni dpt berjalan dgn sendirinya sepanjang masa. Dengan mengisyaratkan kepada hikmah-hikmah itulah, di tempat lain Allah Ta’ala berfirman:
اَفِÙ‰ْ اللّٰÙ‡ِ Ø´َÙƒٌّ فَاطِرِ السَّÙ…ٰÙˆٰتِ Ùˆَالْاَرْضِ

Yakni, dapatkah Wujud Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi demikian itu diragukan? (14:10)

Lalu sebuah dalil lagi tentang keberadaan-Nya, difirmankan:
ÙƒُÙ„ُّ Ù…َÙ†ْ عَÙ„َÙŠْÙ‡َا فَانٍ‌ ۚ‌ۖ‏ ÙˆَّÙŠَبْÙ‚ٰÙ‰ ÙˆَجْÙ‡ُ رَبِّÙƒَ Ø°ُÙˆْ الْجَÙ„ٰÙ„ِ ÙˆَالْاِÙƒْرَامِ‌ۚ‏
Yakni, tiap sesuatu akan mengalami kepunahan dan yg kekal itu hanyalah Tuhan Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan (55:27,28).
Kini perhatikanlah! Jika kita bayangkan dunia ni menjadi hancur-lebur dan benda-benda langit pun pecah berkeping-keping, serta bertiup angin yg melenyapkan seluruh jejak benda-benda itu, tapi demikian akal mengakui serta menerima -- bahkan hati nurani menganggapnya mutlak -- bahwa sesudah segala kebinasaan itu terjadi, pasti ada sesuatu yg bertahan yg tak mengalami kepunahan serta perubahan-perubahan dan tetap utuh seperti keadaannya semula. Jadi, itulah Tuhan yg telah menciptakan semua wujud fana (tidak kekal), sedangkan Dia sendiri terpelihara dari kepunahan

Kemudian satu dalil lagi berkenaan dgn keberadaan-Nya yg Dia kemukakan di dlm Alquran Suci adlh :
اَÙ„َسْتُ بِرَبِّÙƒُÙ…ْ‌ؕ Ù‚َالُÙˆْا بَÙ„ٰÙ‰‌
Yakni, Aku berkata kepada tiap ruh: “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata, “Ya, sungguh benar!” (7:172).

Di dlm ayat ni Allah Ta’ala menerangkan dlm bentuk kisah, suatu ciri khas ruh yg telah ditanamkan-Nya di dlm fitrat mereka. Ciri khas itu ialah, pd fitratnya tiada satu ruh pun yg dpt mengingkari hanyalah karena mereka tak menemukan apa pun di dlm pikiran mereka. Kendati mereka ingkar, mereka mengakui bahwa tiap-tiap kejadian pasti ada penyebabnya. Di dunia ni tak ada orang yg begitu bodohnya, misalnya jika pd tubuhnya timbul suatu penyakit, dia tetap bersikeras menyatakan bahwa sebenarnya tak ada suatu sebab yg menimbulkan penyakit itu. Seandainya rangkaian dunia ni tak terjalin oleh sebab dan akibat, maka tidaklah mungkin dpt membuat prakiraan bahwa pd tanggal sekian akan datang taufan / badai; akan terjadi gerhana matahari / gerhana bulan; / seseorang yg sakit akan wafat pd waktu tertentu; / sampai pd waktu tertentu suatu penyakit akan muncul bersamaan dgn penyakit lain. Jadi, seorang peneliti, walaupun tak mengakui Wujud Tuhan, tapi dari satu segi dia telah mengakuinya. Yakni ia pun, seperti halnya kita, mencari-cari penyebab dari sebab akibat. Jadi, itu pun merupakan suatu bentuk pengakuan, walaupun bukan pengakuan yg sempurna.

Selain itu, apabila seseorang yg mengingkari Wujud Tuhan, dgn cara tertentu kesadarannya dihilangkan -- yaitu ia sama sekali dijauhkan dari segala keinginan rendah ni dan segala hasratnya dihilangkan, lalu diserahkan ke dlm kendali Wujud Yang Maha Tinggi -- maka dlm keadaan demikian ia akan mengakui Wujud Tuhan, tak akan ingkar. Hal serupa itu telah dibuktikan melalui percobaan orang-orang yg berpengalaman luas.

Jadi, ke arah kondisi demikianlah isyarat yg terdapat di dlm ayat itu. Dan makna ayat itu adalah, pengingkaran Wujud Tuhan hanya terjadi sebatas kehidupan rendah saja. Sebab, fitrat yg asli dipenuhi oleh pengakuan itu.
Itulah beberapa dalil-dalil tentang Wujud Tuhan yg kami tuliskan sebagai contoh.

***
Dikutip dari buku Buku Filsafat Ajaran Islamkarya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, halaman 66-69, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1993)

0 Response to "[Perbandingan Agama] Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang ADANYA TUHAN"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *