2ndgirls.blogspot.com - Setelah lima hari berturut-turut bekerja, akhir pekan datang lagi, horeee..! Hampir tiap akhir pekan kami jalan-jalan, kata suami kasian kamu, di rumah terus ga pernah jalan-jalan hihihi.. Meskipun hanya sekedar belanja di supermarket langganan, saya sudah senang bisa keluar (tapi ujung-ujungnya kena macet sih -_-)..
Terkadang kami ke mall.. Jakarta memang mall seabrek-abrek, tapi hanya sebagian saja yg sejauh ni pernah saya kunjungi, di antaranya Mall Ambassador, ITC Kuningan, Mall Cilandak, Pejaten Village, Mall Semanggi, Cilandak Town Square, Sarinah, dan Mall di perempatan lampu merah dekat Citos itu (lupa namanya apa soalnya baru sekali ke sana malam-malam pula)..
Hari Minggu kemarin, sebelum Dzuhur kami berangkat dari kontrakan.. Pokoknya jalan-jalan, tapi belum ada tujuan.. Sampai perempatan Pertanian, kami berhenti dan setelah berdiskusi kilat akhirnya diputuskan ke Pasar Baru..
Pertama kali tau Pasar Baru dari acara TV tentang belanja murah.. Beberapa kali lewat sana sewaktu dari Pasar Senen / memang kebetulan salah jalan.. Saya kira mirip Pasar Senen / Pasar Minggu, tapi setelah berada di sana, suasananya jauh lebih enak.. Mirip jalan-jalan di kampung Pecinan..
Hanya sempat ambil 1 foto ni saja, dibilangin makanan pinggir jalan mengalihkan dunia saya..
Di pintu gerbang, ada sebuah gapura yg menyambut masuk pejalan kaki.. Di atas jalan terdapat peneduh sehingga cukup nyaman untk berjalan santai, tak risih kepanasan.. Kiri-kanan terdapat pertokoan yg hampir semua menjual kain meteran dan sepatu, satu-dua terdapat toko emas dan alat musik.. Tapi waktu itu saya sama sekali tak tertarik dgn aneka busana, karena perhatian saya tersita kepada makanan!
Yak! Di depan toko-toko tersebut berjajar aneka penjual makanan.. Bukan dlm bentuk warung, melainkan dgn gerobak dan sepeda.. Makanannya kebanyakan tradisional, ada bakwan kawi Malang, otak-otak, es podeng, siomay dan batagor, tahu gejrot, pisang coklat, es potong, es degan, roti unyil, combro, kue rangi, kue ponco, dan aneka jajanan lainnya yg bisa mengalihkan dunia..
Sebenarnya selama di Jakarta, saya cukup waspada dgn tak jajan sembarangan di pinggir jalan / gerobak lewat.. Hanya jajan di warung permanen, karena lebih pasti.. Tapi kemarin itu sungguh subhanalloh saya akhirnya jajan tahu gejrot karena menurut suami tak apa-apa toh jalannya tak terlalu banyak kendaraan lewat situ jadi insya Alloh tak terlalu kena debu..
Sepanjang jalan memang dipaving, bukan diaspal.. Sepertinya memang sengaja ditujukan untk jalan kaki berhubung para penjual makanan jg sudah memakan jalan seakan-akan memang ditempatkan di situ.. Tapi satu-dua ada motor bahkan mobil yg lewat.. Saya agak menyayangkan hal ini, karena keasyikan jalan kaki menikmati suasana mendadak jadi harus waspada akan serobotan mobil dan motor.. Saya dan suami parkir motor di luar kompleks jalan itu, lebih tepatnya di pinggir sungai di dekat gedung yg menyiarkan proklamasi (ga tau gedung apaan namanya).. Tarif parkir motor Rp 3.000, - flat..
Saya akhirnya jajan tahu gejrot Rp 8.000, - seporsi, dilanjutkan es potong kacang ijo Rp 3.000, - sepotong, kemudian es podeng Rp 7.000, - segelas, pulang bawa roti unyil Rp 20.000, - per box dan tahu gejrot lagi karena enak banget.. Sempat liat penjual meracik sambalnya, isinya bawang merah dan putih, garam, cabai, ditambah gula jawa dan belimbing wuluh, lalu terakhir diberi air asam.. Rasanya jadi asin, gurih, pedas, manis, dan asam sekaligus.. Sebenarnya kepengen jajan siomay dan batagor juga, kemudian liat pisang coklat jg ngiler, tapi apa daya belum kesampaian.. Selain makanan, banyak penjual celana legging, uang kuno, dompet, tas, bahkan poster..
Bila memang tak tega makan di pinggir jalan, ada jg warung ayam kremes, ayam bakar, AW, dan KFC.. Tapi menurut saya, kapan lagi dimanjakan dgn surga makanan kaki lima seperti itu, kalau mau makan fastfood mahdi mall saja.. Di ujung jalan ada pintu masuk ke gedung pertokoan di kanan dan kiri, saya dan suami numpang sholat di mushola lantai 4.. Tempatnya enak banget, angin sepoi-sepoi karena bangunan semi terbuka, tempat sholatnya jg luas dan terang tak seperti di mall kebanyakan yg menempatkan mushola di lantai bawah tanah.. Terdapat pula foodcourt di lantai 3, ada soto, es juice, dan lain-lain pokoknya menengah ke bawah..
Nah, jalan-jalan tak selalu harus mengeluarkan uang banyak.. Bila ke mall jg saya sangat jarang membeli barang bila memang tak direncanakan dari rumah, mungkin malah beli makanan karena lapar mata turun ke perut.. Tapi kalau di mall, mau beli makanan jg mikir lagi karena harga sekali makan bisa untk belanja ke tukang sayur selama seminggu.. *emak-emak*
Saya lebih suka jalan-jalan ke Jakarta Fair / ke Pasar Baru seperti ini, puas window shopping dan puas makan, dgn uang Rp 50.000, - sudah bisa beli banyak jenis makanan.. Mana lagi ya tempat-tempat seperti itu di Jakarta untk destinasi liburan berikutnya?
Terkadang kami ke mall.. Jakarta memang mall seabrek-abrek, tapi hanya sebagian saja yg sejauh ni pernah saya kunjungi, di antaranya Mall Ambassador, ITC Kuningan, Mall Cilandak, Pejaten Village, Mall Semanggi, Cilandak Town Square, Sarinah, dan Mall di perempatan lampu merah dekat Citos itu (lupa namanya apa soalnya baru sekali ke sana malam-malam pula)..
Hari Minggu kemarin, sebelum Dzuhur kami berangkat dari kontrakan.. Pokoknya jalan-jalan, tapi belum ada tujuan.. Sampai perempatan Pertanian, kami berhenti dan setelah berdiskusi kilat akhirnya diputuskan ke Pasar Baru..
Pertama kali tau Pasar Baru dari acara TV tentang belanja murah.. Beberapa kali lewat sana sewaktu dari Pasar Senen / memang kebetulan salah jalan.. Saya kira mirip Pasar Senen / Pasar Minggu, tapi setelah berada di sana, suasananya jauh lebih enak.. Mirip jalan-jalan di kampung Pecinan..
Hanya sempat ambil 1 foto ni saja, dibilangin makanan pinggir jalan mengalihkan dunia saya..
Di pintu gerbang, ada sebuah gapura yg menyambut masuk pejalan kaki.. Di atas jalan terdapat peneduh sehingga cukup nyaman untk berjalan santai, tak risih kepanasan.. Kiri-kanan terdapat pertokoan yg hampir semua menjual kain meteran dan sepatu, satu-dua terdapat toko emas dan alat musik.. Tapi waktu itu saya sama sekali tak tertarik dgn aneka busana, karena perhatian saya tersita kepada makanan!
Yak! Di depan toko-toko tersebut berjajar aneka penjual makanan.. Bukan dlm bentuk warung, melainkan dgn gerobak dan sepeda.. Makanannya kebanyakan tradisional, ada bakwan kawi Malang, otak-otak, es podeng, siomay dan batagor, tahu gejrot, pisang coklat, es potong, es degan, roti unyil, combro, kue rangi, kue ponco, dan aneka jajanan lainnya yg bisa mengalihkan dunia..
Sebenarnya selama di Jakarta, saya cukup waspada dgn tak jajan sembarangan di pinggir jalan / gerobak lewat.. Hanya jajan di warung permanen, karena lebih pasti.. Tapi kemarin itu sungguh subhanalloh saya akhirnya jajan tahu gejrot karena menurut suami tak apa-apa toh jalannya tak terlalu banyak kendaraan lewat situ jadi insya Alloh tak terlalu kena debu..
Sepanjang jalan memang dipaving, bukan diaspal.. Sepertinya memang sengaja ditujukan untk jalan kaki berhubung para penjual makanan jg sudah memakan jalan seakan-akan memang ditempatkan di situ.. Tapi satu-dua ada motor bahkan mobil yg lewat.. Saya agak menyayangkan hal ini, karena keasyikan jalan kaki menikmati suasana mendadak jadi harus waspada akan serobotan mobil dan motor.. Saya dan suami parkir motor di luar kompleks jalan itu, lebih tepatnya di pinggir sungai di dekat gedung yg menyiarkan proklamasi (ga tau gedung apaan namanya).. Tarif parkir motor Rp 3.000, - flat..
Saya akhirnya jajan tahu gejrot Rp 8.000, - seporsi, dilanjutkan es potong kacang ijo Rp 3.000, - sepotong, kemudian es podeng Rp 7.000, - segelas, pulang bawa roti unyil Rp 20.000, - per box dan tahu gejrot lagi karena enak banget.. Sempat liat penjual meracik sambalnya, isinya bawang merah dan putih, garam, cabai, ditambah gula jawa dan belimbing wuluh, lalu terakhir diberi air asam.. Rasanya jadi asin, gurih, pedas, manis, dan asam sekaligus.. Sebenarnya kepengen jajan siomay dan batagor juga, kemudian liat pisang coklat jg ngiler, tapi apa daya belum kesampaian.. Selain makanan, banyak penjual celana legging, uang kuno, dompet, tas, bahkan poster..
Bila memang tak tega makan di pinggir jalan, ada jg warung ayam kremes, ayam bakar, AW, dan KFC.. Tapi menurut saya, kapan lagi dimanjakan dgn surga makanan kaki lima seperti itu, kalau mau makan fastfood mahdi mall saja.. Di ujung jalan ada pintu masuk ke gedung pertokoan di kanan dan kiri, saya dan suami numpang sholat di mushola lantai 4.. Tempatnya enak banget, angin sepoi-sepoi karena bangunan semi terbuka, tempat sholatnya jg luas dan terang tak seperti di mall kebanyakan yg menempatkan mushola di lantai bawah tanah.. Terdapat pula foodcourt di lantai 3, ada soto, es juice, dan lain-lain pokoknya menengah ke bawah..
Nah, jalan-jalan tak selalu harus mengeluarkan uang banyak.. Bila ke mall jg saya sangat jarang membeli barang bila memang tak direncanakan dari rumah, mungkin malah beli makanan karena lapar mata turun ke perut.. Tapi kalau di mall, mau beli makanan jg mikir lagi karena harga sekali makan bisa untk belanja ke tukang sayur selama seminggu.. *emak-emak*
Saya lebih suka jalan-jalan ke Jakarta Fair / ke Pasar Baru seperti ini, puas window shopping dan puas makan, dgn uang Rp 50.000, - sudah bisa beli banyak jenis makanan.. Mana lagi ya tempat-tempat seperti itu di Jakarta untk destinasi liburan berikutnya?
other source : http://tribunnews.com, http://cdwanita.blogspot.com, http://flickr.com
0 Response to "PENGALAMAN PERTAMA : JALAN-JALAN KE PASAR BARU - Travel"
Post a Comment