This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Budaya Islam] RODAT, TARIAN PENGIRING REBANA

2ndgirls.blogspot.com - Mungkin Anda agak asing melihat penampilan para penari saat mengiringi syair (yang dilagukan) dan musik rebana yg dinyanyikan secara bersama-sama (berjamaah). Tarian inilah yg disebut dgn rodat. Tarian ni ditarikan dgn leyek (menari sambil duduk).

Dewasa ini, seni rodat memang nyaris tenggelam. Sejak tahun 1960-an hingga sekarang, rodat jarang sekali tampil ke permukaan. Untung ada film indie Senyum Lasminah (SL) yg disutradarai BOWO LEKSONO, sehingga seni rodat mulai ditampilkan lagi. Film yg mendapatkan penghargaan terbaik II pd Festival Video Edukasi (FVE) 2007 untk kategori budi pekerti ini, menampilkan sosok Sutar, kekasih Lasminah, sebagai penari rodat.

Rodat merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan ummat Islam. Kesenian ni berkembang seiring dgn tradisi memperingati Maulid Nabi dan hari-hari besar Islam lainnya di kalangan umat Islam. Kesenian ni menggunakan syair / syiiran berbahasa arab yg bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yg masyhur di kalangan ummat Islam. Isi dari shalawat rodat adlh bacaan shalawat yg merupakan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.

Rodat bisa Anda temukan salah satunya di daerah kota santri yaitu daerah Jejeran, Wonokromo, Bantul. Di sana ada kelompok seni rodat bernama Lintang Songo yg terkenal. Sedang di desa Makam, Kecamatan Rembang, Purbalingga ada Rodat Ababil pimpinan SUNARYO. Rodat Ababil pernah mendapatkan kesempatan tampil pd event akbar tingkat Jawa Tengah yaitu Jateng Expo 2006 di PRPP, Semarang.

Menurut Sunaryo, seperti dikutip www.purbalinggakab.go.id, rodat lahir pd tahun 1941. Saat itu Makam dan Panusupan, dua desa yg berada di bawah puncak Ardi Lawet, adlh desa-desa yg terisolir. Di antara penduduk kedua desa itu pun sulit mengadakan komunikasi, apalagi dgn dunia luar. Para tokoh ketika itu mencoba membuat wahana untk berkomunikasi dgn pertunjukan yg mereka beri nama rodat. Dengan rodat itulah penduduk kedua desa menjadi ketemu, dan terjalinlah satu komunikasi yg akrab.

Rodat berasal dari kata Irodat, salah satu sifat Allah yg berarti berkehendak. Maksud pemberian nama itu adlh agar manusia selalu berkehendak untk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ada lagi yg mengatakan ia berasal dari kata raudah, yaitu taman nabi yg terletak di masjid Nabawi, Madinnah. Ada yg berpendapat ia berasal dari nama alat yg dimainkan dlm kesenian ini. Alat musik tersebut berbentuk bundar yg dimainkan dgn cara dipukul yg disebutnya tar. Dengan demikian, maka rodat termasuk seni yg memiliki misi dakwah.

Pada zaman Jepang, kesenian rodat sangat berperan untk menjaga persatuan di kalangan penduduk untk bersama-sama melawan panjajah Jepang. Cara yg ditempuh antara lain dgn gerak dan lagu secara simbolis. Gerak yg ditampilkan adlh "konto", yakni semacam pencak silat, sebagai lambang perlawanan dan pembelaan diri. Di bagian lain, lagu-lagu yg dikumandangkan adlh lagu-lagu bernuansa dakwah Islam, sebagai penguat iman dan jati diri penduduk setempat yg memang penganut Islam taat.

Seni rodat adlh perpaduan dari musik, tari, dan bela diri. Musik yg dimainkan terdiri atas peralatan berupa empat buah genjring/rebana besar, kendang, bas, kecrek dan jidur/bedug masing-masing satu buah. Alat-alat sederhana tersebut dipukul untk mengiringi lagu, tari maupun konto. Anggota grup rodat selain terdiri atas para penabuh alat musik masih ditambah dgn 2 orang wiraswara, 8 orang penari, dan 2 orang pemain konto, dan jg 2 orang badut/santri.

Pertunjukan rodat biasanya dilakukan pd malam hari, dari ba'da Isya sampai menjelang Subuh. Pada zaman dahulu, grup rodat banyak tampil di rumah-rumah penduduk yg hajatan, serta pd acara-acara yg diselenggarakan masyarakat. Penampilan rodat diawali dgn lagu pembuka yg berbahasa Arab. Lagu-lagu berikutnya selain berbahasa Arab, jg berbahasa Indonesia, bahkan ditampilkan pula lagu "ande-ande Lumut" untk mengiringi konto.

Tampilan pemain rodat biasanya berganti-ganti, dari sekedar musik dgn wiraswara, disusul babak berikutnya dgn penari, bahkan dgn konto. Pada saat-saat rodat beristirahat, tampil pula badut yg akan membanyol dgn gaya mereka untk menghibur penonton dgn dagelan yg berisi ajakan kebaikan. Tampilan mereka diakhiri dgn lagu penutup berbahasa Arab.

Dengan polanya yg seperti itu, ada yg beranggapan bahwa rodat merupakan gabungan antara burdah dan saman. Burdah adlh syair yg diiringi rebana, sedang saman adlh gerakan-gerakan yg diiringi zikir tanpa musik. Zikir saman memiliki tahapan. Tahapan pertama, biasanya menceritakan masalah haji. Tahap kedua, melakukan gerakan mirip askar (tentara). Gerakan ketiga, ungkapan kegembiraan. Dalam rodat biasanya yg dipakai adlh tahapan kedua.

Demikianlah kesenian rodat yg dulu sebenarnya pernah mengalami masa kejayaannya. Seiring waktu, seni ni pun redup karena tak kuasa melawan berbagai pertunjukkan seni lainnya yg mungkin lebih modern. Karena itu, sebenarnya, agar rodat tetap bisa bertahan dlm kondisi apapun, maka ramuannya harus lebih modern. Yang jelas, kita sendiri harus bisa menghargai peseni rodat dgn harga yg setimpal agar mereka pun tak lari ke ladang yg lain. Semoga! (Epholic)

0 Response to "[Budaya Islam] RODAT, TARIAN PENGIRING REBANA"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *