This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Sally Diandra] Sinopsis Jodha Akbar episode 483 by Sally Diandra

Sinopsis Jodha Akbar episode 483 by Sally Diandra. Jalal dan Jodha masih berada dikamar Jodha, saat itu mereka sedang bersiap siap hendak mengikuti kompetisi Polo dan menembak, Jalal mencoba menggoda Jodha dgn kata I LOVE YOU “Kamu pasti tak akan mengerti ucapanku ini, itu karena aku menggunakan bahasa yg berbeda” Jalal mencoba menggoda Jodha “Sejauh yg aku tahu sih itu artinya bahwa kamu Sinopsis Jodha Akbar episode 483 by Sally Diandramencintai aku” ujar Jodha sambil berjalan kedepan menjauhi Jalal, Jalal terkejut dan langsung mengejar Jodha “Aku mencoba untk memberikan kejutan buat kamu tapi ternyata kamu sudah tahu artinya” Jodha tersenyum geli melihat tingkah suaminya “Seorang perempuan mempunyai insting yg tajam untk mengetahui apa yg terjadi disekitarnya, semalam pas kamu mempelajari kata kata itu, aku jg mendengarkannya dari kejauhan” Jodha berusaha menjelaskan “Ternyata kamu yg membuat aku terkejut, Ratu Jodha” Jalal merasa kalah dgn Jodha “Tapi aku suka caramu, Yang Mulia ... dgn begitu kamu telah membuktikan padaku bahwa kamu tak terlalu tua untk jatuh cinta tapi nggak tahu jg untk hal hal yg lain” Jodha mencoba mengejek Jalal “Aku akan membuktikannya dipertandingan nanti, seluruh keluarga kerajaan Mughal akan berkumpul bersama bermain pertandingan” Jalal merasa Jodha menantangnya “Tapi nanti kompetisi penembakan dulu untk para wanita” Jodha memandang suaminya dgn penuh cinta, begitu pula Jalal.

Ditempat pertandingan, semua keluarga kerajaan telah berkumpul disana, Hoshiyar pelayan Rukayah jg ada disana untk memberikan support ke majikannya “Ratu Rukayah harus menang ! Meskipun Ratu Rukayah sering menampar dan memukul aku” bathin Hoshiyar, tak lama kemudian para istri Jalal mulai berpartisipasi mengikuti kompetisi menembak, satu per satu mereka mulai menembak tapi meleset dari target, hingga akhirnya giliran Rukayah untk menembak, dgn tingkah sombongnya Rukayah mencoba membidik target tapi ternyata bidikannya jg meleset sama seperti istri Jalal yg lain, Rukayah sangat kesal karena dirinya tak berhasil dlm kompetisi ini, setelah Rukayah, giliran Jodha yg menembak, Jodha mencoba membidik target, dari kejauhan Jalal menatapnya dgn penuh cinta dan bangga tapi sayang bidikan Jodha jg meleset, Jalal nampak sedikit kecewa dan tak percaya kalau Jodha tak bisa menembak, sementara Rukayah tersenyum senang dan sedikit sinis karena Jodha ternyata sama saja dgn dirinya, hingga akhirnya giliran Salima yg membidik target tembakan kali ini, rupanya tembakan Salima mencapai target, kendil yg dipasang terbalik pecah berkeping keping setelah terkena tembakan Salima, semua orang yg hadir disana tersenyum melihat keberhasilan Salima, tak terkecuali Jalal dan Murad anak Salima yg membanggakan ibunya didepan Danial. Tak lama kemudian, Jalal mengajak Salima dan wakil dari kerajaan Inggris untk penyerahan hadiah bagi pemenang kompetisi menembak ni “Ratu Salima, selamat ya kamu berhasil menang ! Sebuah tembakan yg bagus !” Jalal memuji Salima, Salima hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, kemudian Jalal memberikan hadiah sebuah pistol kecil “Orang dari Inggris ni yg membawakan senjata ni untukku, sekarang kuberikan padamu sebagai hadiah”, “Sukriya, Yang Mulia” kemudian mereka bertiga kembali ketempat duduk masing masing, dari tempat duduknya Rukayah merasa geram “Kenapa aku tak pernah bisa menunjukkan kepintaranku didepan Jalal” bathinnya dlm hati .

Tak lama kemudian Birbal mengumumkan bahwa pertandingan Polo antara anggota keluarga kerajaan Mughal laki laki segera dimulai, dari balik tendanya Jodha sangat khawatir karena Salim tak kunjung datang “Jangan khawatir, Jodha ... Ibu telah memintanya untk datang tapi kelihatannya sepertinya dia tak mendengarkan ucapanku” Hamida jg khawatir akan Salim “Untuk apa semua ini, bu ... kalau Salim tak datang” Jodha merasa idenya tentang pertandingan ni akan sia sia saja kalau Salim tak ikut berpartisipasi karena tujuan Jodha adlh mendekatkan Salim dgn ayahnya dan Murad melalui pertandingan ini. Tapi tak lama kemudian Salim memasuki arena pertandingan dgn kudanya “Jodha, aku tahu kalau cucuku pasti tak akan mengecewakan aku” ujar Hamida, Jodha hanya bisa tersenyum melihat kehadiran Salim, sementara Murad kesal ketika Salim memasuki arena pertandingan, Murad teringat ketika pamannya Haidar menunjukkan padanya “Lihat pangeran Murad, ni pasti perbuatan pangeran Salim, tali pelana dikudamu telah terlepas, dia pasti menginginkan kamu jatuh dari kuda nanti” pamanya Haidar mencoba terus menerus meracuni pikiran Murad tentang niat buruk Salim padanya “Aku tak bisa menerima semua ini, Salim ... aku tak akan membiarkanmu !” bathin Murad geram. Akhirnya pertandinganpun dimulai, Birbal menjadi wasitnya sedangkan Jalal menjadi kapten digroupnya sementara Salim menjadi kapten di groupnya sendiri “Pertandingan ni berkaitan dgn kehormatan kita maka kita harus bisa memenangkan pertandingan ni !” Jalal memberikan semangat pd timnya. Pertandingan Polo pun dimulai, pd awal permainan Jalal berhasil melesakkan bola kegawang musuh, kemudian dibalas oleh Salim yg jg berhasil memasukkan bola ke gawang tim Jalal, melihat hal ni Murad kelihatannya tak suka, Murad tak memberikan Salim kesempatan untk mengambil bola, Murad terus membawa bola itu dan tak diberikannya bola itu ke Salim “Murad ! Bisakah kamu mendengarkan aku ?” Salim berteriak ke Murad agar Murad memberikan bola tapi Murad tak peduli “Murad ! Salim benar, kita ni satu tim !” Rahim mencoba mengingatkan adiknya “Aku bukan pelayan siapapun ! Aku tak akan membiarkan musuhku menang !” ujar Murad sambil terus menggiring bola itu “Murad, aku ni kapten tim, kamu harus mendengarkan aku !” Salim mencoba membuat Murad mengerti akan posisinya ditim “Apaka kamu lupa bahwa aku akan menjadi kapten diseluruh negeri India !” Salim terkejut mendengar teriakan Murad tapi pertandingan terus berlangsung hingga akhirnya Murad berhasil melesakkan bolanya ke gawang tim Jalal, tim Salimpun menang 2 - 1. Dari kejauhan Jalal tersenyum senang, Salim berteriak ke arah Murad “Bagus, Murad ! Pekerjaan yg bagus ! Kamu memang hebat !” Salim terus menerus memuji Murad sambil turun dari kudanya dan mendekat kearah Murad kemudian memeluknya “Bagus, murad ! Selamat, akhirnya kita menang !” puji Salim tulus “Tapi ingat aku memenangkan match point dan tak akan membiarkan posisiku turun !” Murad mengancam Salim, sesaat Salim terhenyak, tak lama kemudian seluruh anggota tim Salim memeluk mereka berdua, Jalal jg ikut menghampiri dan memeluk kedua anaknya itu “Ayah bahagia karena kalah dari kalian anak anak” ujarnya sambil memeluk mereka erat.

Dikamar Jalal, Jalal sedang diberi pengobatan pd punggungnya oleh pelayan, punggung Jalal sakit karena pertandingan tadi pagi, tak lama kemudian Jodha datang menghampiri Jalal dan menyuruh pelayan pergi “Punggungmu sakit, Yang Mulia ? Aku sudah bilang padamu kan bahwa kamu itu sudah mulai tua” Jodha mulai menggoda Jalal “Yaa kamu memang benar pd beberapa hal dan sesuai taruhan kemarin, aku akan melakukan apapun yg kamu inginkan” Jalal membalas ejekan Jodha “Baiklah, pertama kamu telah mengalah karena sengaja kan ? Aku tahu kalau kamu itu sangat baik”, “Aku jg tahu kenapa kamu memberikan ide pertandingan ini, kamu ingin membuat anak anak itu bersatu kan ? Perhatianmu memang hebat, Ratu Jodha ... jika aku yg menang maka mereka akan mulai saling bertengkar kembali dan kamu yg akan kalah sedangkan aku tak bisa melihat kamu kalah, kebahagiaan kita terletak pd kebahagiaan anak anak kita” ujar Jalal sambil masih terbaring ditempat tidurnya “Itu artinya kamu yg memenangkan pertandingan ini, Yang Mulia”, “Kalau begitu aku bisa meminta sesuatu dari kamu, Ratu Jodha ?” Jodha segera mengangguk “Kalau begitu aku meminta padamu untk mengatakan perasaan cintamu dlm bahasa Inggris” Jodha tersenyum dan mendekati wajah Jalal dan berkata “I love you” Jodha mengatakannya sambil tersipu malu, rona merah terpancar dipipinya, Jalal membelai wajah Jodha perlahan dan mereka tersenyum bersama sambil saling memandang satu sama lain penuh cinta.

Dikamar Hamida, Salima menemui ibu mertuanya yg sedang ngobrol dgn Gulbadan “Ibu, aku telah membuat Kheer (manisan) untk Salim dan Murad, mereka berdua sangat menyukai ini, aku akan membuat mereka makan bersama sama” ujar Salima sambil mengambil Kheer tersebut dan dimasukkan kedalam mangkok kecil untk Hamida dan Gulbadan “Itu ide yg bagus, Salima ... Ibu jg berharap mereka bisa rukun kembali” Hamida jg sangat mengharapkan kerukunan cucu cucunya.

Diluar halaman, Salim sedang berlatih pedang dikawal beberapa prajuritnya, kebetulan pd saat itu Murad dan Danial sedang berjalan kearah Salim yg sedang berlatih pedang dan tanpa sengaja tiba tiba secara kebetulan Salim meletakkan pedangnya dileher Murad “Kenapa kamu berhenti ? Apakah kamu ingat bagaimana kamu menamparku ? Jika kamu mengangkat pedangmu ni ke aku maka apa yg akan terjadi padamu ?” Murad masih kesal dgn Salim “Aku tak takut pd hukuman apapun, aku tak menyerang seseorang yg tak bersenjata” Murad semakin merasa kesal kemudian dia mengambil pedang yg ada disana “Sekarang kita bertarung !” mereka berdua langsung melakukan pertarungan dgn pedang dan tanpa sengaja Salim melukai tangan Murad, Murad berteriak lantang kesakitan, tangannya berdarah “Kamu bertanggung jawab untk hukumanku karena aku tak bisa bertemu dgn Anarkali dan aku tak akan pernah mengampuni kamu untk hal itu, Murad ! Kamu bisa saja menjadi Raja / apapun yg kamu inginkan !” Salim jg kesal ke Murad, mendengar adanya keributan, Jodha yg saat itu sedang melakukan ritual pooja untk pohon Tulsi langsung menghentikan ritualnya dan berlari mendekat kearah mereka “Salim, apa yg telah kamu lakukan ?” Jodha bertanya dgn perasaan was was “Ini adlh latihan, ibu dan ni bukan salahku dan untungnya ni hanya latihan kalau tak mungkin saja bisa jadi kepalanya hilang, jika dia ingin menjadi seorang Raja maka dia harus memperjuangkan dirinya sendiri, bukan dgn pergi ke Yang Mulia dan mengeluhkan semuanya tentang aku !” ujar Salim dgn kesal dan pergi berlalu dari tempat tersebut, Danial jg mengajak Murad untk masuk kedalam untk diobati lukanya itu “Aku pikir mereka akan rukun kembali tapi kali ni mereka telah siap untk saling membunuh satu sama lain” bathin Jodha dlm hati.

Dilorong istana, Jodha sedang melamun sambil berjalan jalan disana, Jodha teringat bagaimana Jalal menghukum Salim, ketika Salim mengatakan bahwa dirinya harus mengubah agamanya “Apa yg harus aku lakukan, jika aku mengubah agamaku maka aku akan melanggar janji Yang Mulia padaku tapi disamping itu Salim pasti akan terluka” Jodha sedang merenungi nasibnya tepat pd saat itu Jalal menemuinya “Apa yg kamu lakukan disini, Ratu Jodha ... kamu sepertinya sedang melamun” Jalal penasaran dgn tingkah Jodha “Tidak apa apa, Yang Mulia ... aku sedang jalan jalan saja disini” Jodha mencoba menutupi perasaannya “Memang tidaklah mudah menjadi seorang Ratu India, apa yg bisa aku bantu ?”, “Bagaimana kamu mengambil keputusan, Yang Mulia ?” Jalal tersenyum “Sebelum kamu hadir dlm kehidupanku, aku biasanya menggunakan pikiranku tapi sekarang aku mengambil keputusanku dgn hati sebagaimana hati tak pernah melakukan sesuatu yg tak adil, aku sangat beruntung karena kamu bersamaku, aku tak akan pernah menginginkan kamu untk mengubah agamamu, ni bukan tindakan kekeraskepalaanku tapi ni untk kebaikan semua orang, aku tak akan memaksa siapapun untk mengubah agamanya, ni jg tak akan disukai oleh Tuhan” Jalal berusaha meyakinkan Jodha, Jodha hanya diam membisu mendengarkan penjelasan Jalal.

Narator : “Beberapa hari telah berlalu, Jalal sedang mempersiapkan perang untk menyerang Iran tapi dilain pihak Salim dan Murad juag masih saling bertengkar satu sama lain”

Seperti siang itu dihalaman istana tiba tiba mereka berdua terlibat adu mulut lagi “Murad, neneknya Qadir itu sedang sakit, jadi dia tak bisa pergi ke Punjab !” Salim meminta belas kasihan Murad agar mengijinkan Qadir untk tak pergi ke Punjab “Tidak bisa ! Aku tak akan mengijinkan dia !” Murad bersikeras membantah Salim “Tidak akan terjadi apa apa kalau dia tak pergi kesana”, “Aku yg mengurusi permasalahan Punjab ! Jangan ikut campur, kak !” Murad mulai menunjukkan taringnya didepan Salim “Qadir tak akan pergi kesana !”, “Jangan lupa, kak kalau aku adlh pewaris kerajaan ! Keputusanku adlh Qadir tetap harus pergi ke Punjab !” Salim sangat kesal dgn tingkah Murad yg arogan, Salim lalu menjerat kerah baju Murad “Ini tak akan baik buat kamu, kak” Murad mengejek Salim “Lalu apa yg akan kamu lakukan ?” Salim menantang Murad, Danial yg sedari tadi ada disana melihat saudaranya bertengkar akhirnya tak tahan, Danial segera merelai Salim dan Murad “Cukuppp, Murad ! Kak Salim !” ujar Danial “Biar saja pangeran Salim, jangan berkelahi dgn saudaramu sendiri, aku akan pergi ke Punjab, anda kan ada disini, aku titip nenekku, anda bisa melihat nenekku” Qadir yg sedari tadi jg ada disana ikut angkat bicara” Salim kesal dan segera meninggalkan tempat itu sementara itu dari kejauhan Jodha memperhatikan pertikaian mereka berdua, begitu pula Hamida dan Gulbadan yg jg melihat pertengkaran mereka yg kian memanas “Kak Salim itu selalu menghina dari hari ke hari” Danial jg ikutan kesal ke Salim sementara dari kejauhan Hamida berkata ke Gulbadan, adik iparnya “Permasalahannya belum jg terselesaikan, Gulbadan” Hamida prihatin dgn cucu cucunya “Jika Jalal pergi melawan Iran maka kita akan melihat sebuah perang besar, kak Hamida” ujar Gulbadan.

Keesokan harinya Rukayah menyukai sebuah gaun yg dibawa oleh seorang penjahit “Saya jg membuat gaun yg lain untk istri Raja yg lain, Ratu Rukayah”, “Kamu hanya akan menjahit sebuah gaun untukku seperti yg aku suka, aku tak akan memberikannya pd istri Raja yg lain !” Rukayah marah ke penjahit “Ratu Rukayah, saat ni banyak orang yg bergunjing tentang Ratu Jodha, jika saja beliau mau mengganti agamanya maka semua permasalahan ni akan terselesaikan dgn baik, Ratu Jodha itu sangat keras kepala ya” Rukayah pura pura tak suka dgn ucapan penjahit itu “Cukup ! Beraninya kamu berkata seperti itu tentang Ratu Jodha ! Apa yg Ratu Jodha lakukan itu adlh benar ! Dia tak akan mengubah agamanya dan aku tetap mendukungnya !” penjahit itu jadi salah tingkah didepan Rukayah kemudian pamit pulang. Hoshiyar yg sedari tadi berada disana mendengarkan pembicaraan Rukayah dan penjahit merasa heran “Yang Mulia Ratu, aku tak mengerti apa apa saat ini, anda bilang ke Salim kalau Ratu Jodha seharusnya mengubah agamanya” Rukayah tersenyum mendengarnya “Ini namanya politik, Hoshiyar ! Jika Jodha mengubah agamanya maka permainan akan berhenti sampai disini ! Salim akan mengira bahwa Ratu Jodha mencintainya tapi Ratu Jodha tetap harus menjadi seorang Rajvanshi maka Salim akan mengira bahwa hanya aku saja yg mencintai dia” Rukayah tersenyum senang membayangkannya. Sinopsis Jodha Akbar episode 484 by Sally Diandra

source : http://imgur.com, http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com, http://fb.com

0 Response to "[Sally Diandra] Sinopsis Jodha Akbar episode 483 by Sally Diandra"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *